Profil Desa Matenggeng
Ketahui informasi secara rinci Desa Matenggeng mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Matenggeng, Dayeuhluhur, Cilacap. Menjelajahi identitas budaya Sunda yang kental, ekonomi agraris, serta perannya sebagai lokasi utama Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Matenggeng yang akan mentransformasi wajah wilayah.
-
Pusat Proyek Strategis Nasional
Merupakan lokasi inti pembangunan Bendungan Matenggeng, sebuah proyek infrastruktur masif yang bertujuan untuk irigasi, pengendalian banjir, dan penyediaan air baku, yang akan mengubah lanskap sosial-ekonomi secara signifikan.
-
Benteng Budaya Sunda
Sama seperti desa tetangganya, Matenggeng ialah kantong budaya Sunda yang kuat di Provinsi Jawa Tengah, dengan bahasa dan adat istiadat yang terjaga di tengah modernisasi.
-
Potensi Ekonomi Ganda
Memiliki basis ekonomi tradisional di sektor pertanian dan perkebunan, yang kini dihadapkan pada potensi ekonomi baru dari pengembangan sektor pariwisata dan perikanan seiring dengan rencana pembangunan waduk.

Desa Matenggeng, yang terletak di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, kini menjadi sorotan utama nasional. Desa yang secara tradisional dikenal sebagai salah satu benteng budaya Sunda di ujung barat Jawa Tengah ini, tengah berada di ambang transformasi besar. Pemerintah pusat telah menetapkannya sebagai lokasi inti pembangunan Bendungan Matenggeng, sebuah Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diproyeksikan membawa dampak luas. Di tengah denyut kehidupan agraris yang telah berlangsung turun-temurun, masyarakat Matenggeng kini menatap masa depan yang akan dibentuk oleh bendungan raksasa, menghadirkan tantangan sekaligus harapan baru bagi kemajuan wilayah.
Sejarah dan Warisan Budaya: Jejak Kerajaan dan Identitas Sunda yang Kuat
Nama "Matenggeng" diyakini memiliki akar sejarah yang dalam. Menurut cerita tutur yang berkembang di masyarakat, nama ini berasal dari legenda pertempuran antara utusan dari Kerajaan Mataram dengan sosok sakti dari Kerajaan Pajajaran yang konon dapat berubah wujud menjadi "macan" (harimau). Tempat di mana macan tersebut "ngajenteng" atau diam berdiri siaga kemudian dinamai "Matenggeng". Cerita rakyat ini, terlepas dari kebenaran historisnya, mencerminkan posisi wilayah Dayeuhluhur sebagai zona pertemuan pengaruh budaya Jawa dan Sunda di masa lampau.
Secara kultural, Desa Matenggeng merupakan bagian tak terpisahkan dari komunitas Sunda di Cilacap. Bahasa Sunda dengan dialek lokal yang khas digunakan dalam percakapan sehari-hari, adat istiadat dan kesenian. Tradisi seperti hajat lembur (syukuran desa), upacara adat dalam siklus kehidupan (kelahiran, pernikahan, kematian), serta berbagai kesenian tradisional Sunda masih dapat dijumpai. Identitas ini menjadi fondasi sosial yang kuat bagi masyarakat dalam menghadapi perubahan zaman, termasuk rencana besar pembangunan di wilayah mereka. Kehidupan komunal yang erat dan semangat gotong royong menjadi modal sosial yang penting bagi desa ini.
Geografi dan Administrasi Wilayah: Diapit Aliran Sungai dan Perbukitan
Desa Matenggeng secara geografis terletak di kawasan perbukitan yang subur, dialiri oleh beberapa sungai, dengan Sungai Cijolang dan Cidayeuh sebagai yang terbesar. Sungai Cijolang inilah yang menjadi arteri utama yang rencananya akan dibendung untuk membentuk Waduk Matenggeng. Secara administratif, wilayah Desa Matenggeng berbatasan dengan:
- Sebelah UtaraBerbatasan dengan Desa Cilumping
- Sebelah TimurBerbatasan dengan Desa Dayeuhluhur
- Sebelah SelatanBerbatasan dengan Desa Panulisan
- Sebelah BaratBerbatasan dengan Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Ciamis)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cilacap, Desa Matenggeng memiliki luas wilayah yang signifikan, yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian, perkebunan, dan hutan. Populasi desa ini dihuni oleh ribuan jiwa yang tersebar di beberapa dusun, antara lain Dusun Ciparuy, Matenggeng, Cirungkun, dan lainnya, yang terbagi dalam puluhan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Struktur demografis ini menunjukkan bahwa desa ini memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk mendukung berbagai program pembangunan. Topografinya yang bervariasi dari dataran rendah di tepi sungai hingga perbukitan curam memberikan karakteristik unik pada lanskap dan potensi alamnya.
Proyek Strategis Nasional Bendungan Matenggeng: Transformasi dan Harapan Baru
Keberadaan Desa Matenggeng sebagai lokasi PSN Bendungan Matenggeng menjadi faktor penentu utama bagi masa depannya. Proyek yang digagas oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini memiliki tujuan multifungsi yang sangat vital. Bendungan ini dirancang dengan tinggi mencapai 90 meter dan panjang 492 meter, yang nantinya akan membendung aliran Sungai Cijolang dan menciptakan genangan waduk seluas ratusan hektare.
Manfaat utama yang diharapkan dari pembangunan bendungan ini ialah:
- Irigasi PertanianMengairi area persawahan seluas ribuan hektare di wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya, sehingga meningkatkan intensitas tanam dan produktivitas pertanian.
- Pengendalian BanjirMereduksi risiko banjir di daerah hilir Sungai Citanduy, yang sering meluap saat musim hujan.
- Penyediaan Air BakuMemasok kebutuhan air bersih untuk beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
- Pembangkit ListrikBerpotensi menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang akan memasok energi terbarukan ke jaringan listrik regional.
Proses pembangunan ini tentu membawa dampak sosial yang signifikan. Sejumlah dusun di Desa Matenggeng dan desa-desa sekitarnya akan terdampak oleh area genangan. Oleh karena itu, pemerintah tengah melaksanakan proses pembebasan lahan dan pemberian ganti untung kepada warga yang tanah dan bangunannya terdampak. Proses ini menjadi momen krusial yang membutuhkan komunikasi transparan dan penanganan yang adil agar tidak menimbulkan gejolak sosial. Di sisi lain, proyek ini membuka harapan baru. Kehadiran waduk diproyeksikan akan menciptakan peluang ekonomi baru di sektor pariwisata air, perikanan budidaya (keramba jaring apung), serta tumbuhnya usaha-usaha pendukung lainnya di sekitar kawasan bendungan.
Perekonomian Tradisional: Denyut Nadi Agraris di Luar Proyek Bendungan
Di luar diskursus mengenai proyek bendungan, Desa Matenggeng sejatinya telah memiliki sistem ekonomi yang mapan berbasis agraris. Mayoritas penduduknya menggantungkan hidup dari hasil bumi. Lahan-lahan di Matenggeng sangat produktif untuk berbagai jenis tanaman.
- Pertanian PadiSawah-sawah di sepanjang aliran sungai menjadi lumbung padi bagi masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan pangan.
- Perkebunan RakyatWarga banyak menanam komoditas bernilai ekonomis seperti pisang, kelapa, dan berbagai jenis tanaman kayu (misalnya albasia dan jati) yang menjadi investasi jangka panjang. Pisang dari wilayah Dayeuhluhur dikenal memiliki kualitas yang baik dan dipasarkan ke berbagai daerah.
- Industri RumahanSebagian kecil masyarakat, terutama kaum perempuan, terlibat dalam industri rumahan seperti pembuatan makanan olahan, kerajinan tangan, dan produk lokal lainnya, meskipun skalanya masih terbatas.
Pasar desa dan warung-warung menjadi pusat perputaran ekonomi lokal. Kehidupan ekonomi ini berjalan secara organik dan telah menopang masyarakat selama beberapa generasi. Tantangan ke depan ialah bagaimana mengintegrasikan ekonomi tradisional ini dengan peluang ekonomi baru yang akan muncul dari keberadaan Bendungan Matenggeng, sehingga masyarakat lokal menjadi pelaku utama, bukan hanya penonton.
Infrastruktur, Sosial, dan Pemerintahan: Menavigasi Perubahan
Pemerintah Desa Matenggeng memegang peranan vital dalam menavigasi periode transisi ini. Infrastruktur dasar seperti akses jalan, jembatan, fasilitas pendidikan (Sekolah Dasar), dan layanan kesehatan (Poskesdes/Posyandu) terus menjadi prioritas pembangunan melalui dana desa dan sumber lainnya. Peningkatan kualitas jalan menjadi sangat penting untuk mendukung mobilitas warga dan kelancaran logistik proyek bendungan.
Di bidang pemerintahan, transparansi informasi menjadi kunci. Pemerintah desa aktif dalam sosialisasi terkait proyek bendungan kepada masyarakat, menjembatani komunikasi antara warga dengan pihak pelaksana proyek dan pemerintah pusat. Pengelolaan data warga terdampak, fasilitasi musyawarah, serta perencanaan program pemberdayaan ekonomi menjadi agenda utama pemerintah desa saat ini. Tujuannya ialah untuk memastikan bahwa proses transisi berjalan lancar dan manfaat pembangunan dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Keberadaan lembaga kemasyarakatan desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) juga berperan aktif dalam menyerap aspirasi dan mengawal proses pembangunan.
Desa di Persimpangan Jalan Sejarah
Desa Matenggeng kini berdiri di sebuah persimpangan jalan sejarah yang monumental. Di satu sisi, ia memegang teguh warisan budaya Sunda dan denyut kehidupan agraris yang telah menjadi identitasnya selama berabad-abad. Di sisi lain, ia menyongsong masa depan sebagai tuan rumah bagi salah satu proyek infrastruktur terbesar di Indonesia. Perpaduan antara kekuatan tradisi dan potensi modernisasi ini menempatkan Matenggeng dalam posisi yang unik. Keberhasilan desa ini di masa depan akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi, mengelola perubahan secara bijaksana, dan memastikan bahwa pembangunan fisik berjalan seiring dengan penguatan kapasitas dan kesejahteraan warganya. Desa Matenggeng bukan lagi sekadar titik di peta Cilacap, melainkan sebuah kanvas besar di mana masa depan kemajuan regional sedang dilukis.